Rabu, 09 Juli 2014

Pemilu

Gue bukan simpatisan dari kubu manapun. Gue capek baca berita simpang siur banyak banget, entah di televisi, internet, dan lain sebagainya. Gue memang mudah ganti pilihan, ganti hati, tapi untuk kali ini gue sedikit melek politik. Gue milih lho enggak golput! bukan karena ayah gue ber-koar-koar suruh milih A lantas gue milih A, tapi gue milih dari hati nurani. Gue lihat banyak orang berkeliaran, share berita-berita dari internet ke media sosial mereka. Ini lah, itu lah. Capek gue bacanya, gue enggak lantas percaya gitu aja. Gue mengamat-amati aja tingkah mereka. Bagi gue. Agak sedikit kekanak-kanakan. Gapelu lo share kayak gitu kali, manusia juga punya otak dan hati, dan mereka harusnya tahu pemimpin mana yang punya hati dan enggak, pemimpin mana yang tulus mau berkoordinasi dengan rakyatnya atau yang cuma bakalan habis-habisin uang negara. Selama gue hidup dan dipimpin sama presiden-presiden sebelumnya, gue emang enggak begitu merasakan dampak langsung ke hidup gue, tapi gue bener-bener kali ini tulus milih seorang pemimpin. Gue lihat dari kepribadian dia, track record, dan banyaknya isu-isu miring tentang dia yang bahkan menurut logika pelajar gue enggak masuk akal. 
Sebenarnya, yang ngebuat gue heran adalah kenapa orang-orang dengan senangnya, dengan semangatnya nulis mereka pilih siapa. Hey, lupa ya asas pemilihan umum negara kita itu LUBERJURDIL? sebenarnya emang hak kalian juga sih untuk mau mempublikasikannya atau tidak, namun jangan memaksa pihak-pihak yang pilihannya beda sama kalian ya. Biarkanlah mereka memilih. Dan gausah penasaran juga gue milih siapa, itu rahasia gue. 

Pemilihan umum tahun ini, menurut gue, emang beda jauh sama pemilu 2009 lalu. Gue enggak terlalu melihat persaingan yang ketat antar kubu-kubu pasangan calon presiden & wakil presiden. Mungkin dikarenakan enggak dua calon aja kayak sekarang kali ya. Sekarang, kampanye langsung maupun lewat media tuh kelewatan menurut gue, ya masa dikit-dikit dibilang pencitraan, dia ngelakuin ini salah, itu salah, dikit-dikit dikomentarin, dasar manusia. Kampanye salah satu kubu pake uang dimaki-maki, emang kubu yang satunya enggak begitu? kalo emang sama-sama kayak gitu diem aja deh gausah dikoar-koar-in. Setiap kubu pasti punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing dong? 
gue jadi makin berpikir semakin banyak black campaign yang dikasih ke kubu lawan artinya lo mengakui kalo kualitas si lawan itu lebih hebat dari yang lo dukung. ya gak sih? sampai-sampai lo harus jelek-jelekkin lawan dulu karena lo tahu si lawan terlalu kuat. Aneh. 
Postingan ini sebagai bentuk kekesalan dan kekecawaan gue terhadap publik yang suka seenak jidatnya aja nulis di media sosial mereka tentang kampanye-kampanye hitam. Kasian kedua belah pihak. Namanya dijelek-jelekkin. sudahlah. Gimana coba perasaan lo kalo lo dijelek-jelekkin gitu? emang enak? enggak kan. 

Lebih baik, pilihlah yang sesuai dengan hati nuranimu. Baca baik-baik visi, misi, program kerja mereka. Lihat sejarah kehidupan mereka, track record, kehidupan pribadi (kalau ada), pendidikan, hubungan sosial, dan lain-lain. lihat kualitas mereka. jangan malas. pemilih cerdas tidak ada yang malas. Jika sudah yakin dengan pilihanmu, doakanlah, supaya pemimpin itu kelak bisa memimpin Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika bangkit dari keterpurukan selama ini.
Selamat Memilih! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar